Makalah Keorganisasian Tentang Kepemimpinan_Ritanozta Riangkotek
Puji
syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
judul dari makalah ini adalah KEPEMIMPINAN. Makalah ini di susun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Kewirausahaan.
Pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah yang bersangkutan yang telah memberikan tugas terhadap
penyusun. Penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
turut membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun sebutkan
satu persatu.
Penyusunan
makalah ini jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik
dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan
penyusun, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa penyusun mengharapkan
semoga makalah inidapat berguna bagi penyusun pada khususnya dan pihak lain
yang berkepentingan pada umumnya.
Pamulang, _____ Januari 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi Kepemimpinan
B. Unsur-unsur Kepemimpinan
C. Syarat-syarat Kepemimpinan
D. Masalah Kepemimpinan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia
adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya.
Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah dan
memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia
seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Manusia merupakan makhluk
sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia selalu berinteraksi dengan
lingkungan, manusia hidup berkelompok. Hidup dalam kelompok tentulah tidak
mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok
haruslah saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu
dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga
kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Dengan
berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan
dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relative pelik
dan sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik. Dalam kenyataannya para
pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas
kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin
juga memainkan peranan penting dalam membantu kelompok, organisasi atau masyarakat
untuk mencapai tujuan mereka.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang
diuraikan, banyak permasalahan yang didapatkan. Permasalahan tersebut adalah:
1.
Bagaimana
menjadi seorang pemimpin?
2.
Tipe-tipe
kepemimpinan?
3.
Syarat-syarat
menjadi pemimpin yang baik?
4.
Masalah
dalam hal kepemimpinan?
C. Tujuan
Ada
pun tujuan dari penulisan ini adalah:
1.
Melatih
dan meningkatkan pengtahuan dan kreatifitas mahasiswa.
2.
Agar
mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang kepemimpinan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Kepemimpinan
Dalam
kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan
sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan
serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan
satu dengan lainnya. Dalam prakteknya, sering diartikan sama antara pemimpin
dan kepemimpinan, padahal pengertian tersebut berbeda. Pemimpin adalah orang
yang tugasnya memimpin, sedangkan kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang
harus dimiliki seorang pemimpin. Kepemimpinan membutuhkan penggunaan kemampuan
secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dan dalam wujudkan tujuan organisasi
yang telah ditetapkan lebih dahulu.
Beberapa
teori telah dikemukakan para ahli manajemen mengenai timbulnya seorang
pemimpin. Teori yang satu berbeda dengan teori yang lainnya. Ada tiga teori
yang paling menonjol yaitu sebagai berikut:
1) Teori Geneti: Inti dari teori ini
tersimpul dalam mengadakan “leader are born and not made”. Penganut teori ini
mengatakan bahwa seorang pemimpin ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin.
Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan
menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah
menetapkan ia menjadi pemimpin.
2) Teori Sosial: Jika teori genetis
mengatakan bahwa “leaders are born and not made”, maka penganut social
mengatakan sebaliknya yaitu “leaders are made and not born”. Penganut
teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila
diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
3) Teori Ekologis: Teori ini merupakan
penyempurnaan dari kedua teori genetis danteori sosial. Penganut-penganut teori
ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila
pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan. Teori ini menggabungkan
segi-segi positif dari kedateorigenetis dan teorisosial dan dapat dikatakan
teori yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan. Namun demikian
penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat
mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul
sebagai pemimpin yang baik.
Beberapa
ahli berpendapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya:
1) Menurut Drs. H. Malayu S.P.
Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya
mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam
mencapai tujuan.
2) Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin
adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan,
mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian
pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
3) Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin
pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang
terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah
orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari
berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak
ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
4) Menurut Davis and Filley, Pemimpin
adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang
melakukan suatu pekerjaan memimpin.
5) Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang
baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya
mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
6) Sedangakan menurut Pancasila,
Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan
membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan
Pancasila adalah:
a) Ing Ngarsa Sung Tuladha: Pemimpin harus
mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan
bagi orang-orang yang dipimpinnya.
b) Ing Madya Mangun Karsa: Pemimpin harus
mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang
dibimbingnya.
c) Tut Wuri Handayani: Pemimpin harus
mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup
bertanggung jawab.
Dalam
organisasi pemimpin dibagi dalam tiga tingkatan yang tergabung dalam kelompok
anggota-anggota manajemen. Ketiga tingkatan tersebut adalah:
1) Manager puncak (Top Manager)
2) Manager menengah (Middle Manager)
3) Manager bawahan (Lower
Manager/Supervisor).
Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya. ”The art of influencing and
directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence,
respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”.
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang-orang sedemikian
rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara
royal untuk menyelesaikan tugas.
Kekuasaan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang
diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak
dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka
satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya
memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan
yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-sifatnya,
atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Kekuasaan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang
diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak
dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka
satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya
memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan
yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-sifatnya,
atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
B. Unsur-unsur Kepemimpinan
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah
merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan
organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2
aspek yaitu: Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan
administrasi dan menyediakan fasilitasnya. Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni
mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling,
dsb.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan
agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa
teori tentang kepemimpinan antara lain:
1) Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory):
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian
pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian
teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”.
Dalam perkembanganya, teori ini
mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan
bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga
dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain:
sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum
yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain:
a) Kecerdasan: Berdasarkan hasil
penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan
rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih
tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
b) Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial:
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun
eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan
stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam
mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c)
Motivasi
Diri dan Dorongan Berprestasi: Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki
motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang
kuatini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d) Sikap Hubungan Kemanusiaan: Adanya
pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu
berpihak kepadanya
2) Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi:
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini
memiliki kecendrungan kearah 2 hal:
a)
Pertama
yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal
ini seperti: membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.
b)
Kedua
disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan
batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi
dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang
akan dicapai. Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah
bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan
dan terhadap hasil yang tinggi pula.
3) Teori Kewibawaan Pemimpin: Kewibawaan
merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh pemimpin.
4) Teori Kepemimpinan Situasi: Seorang
pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat
fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
5) Teori Kelompok: Agar tujuan kelompok
(organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin
dengan pengikutnya.
Pada umumnya para pemimpin dalam setiap organisasi dapat
diklasifikasikan menjadi lima tipe utama yaitu sebagai berikut:
1) Tipe kepemimpinan otokratis: Tipe pemimpin ini menganggap bahwa
pemimpin adalah merupakan suatu hak. Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai
berikut:
a)
Menganggap
bahwa organisasi adalah milik pribadi.
b)
Mengidentikkan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
c)
Menganggap
bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata.
d) Tidak
mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia menganggap
dialah yang paling benar.
e)
Selalu
bergantung pada kekuasaan formal.
f) Dalam
menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur
paksaan dan ancaman.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh
tipe otokratis tersebut di atas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai
hak-hak dari manusia, karena tipe ini tidak dapat dipakai dalam organisasi
modern.
2) Tipe kepemimpinan militeristis: Perlu diperhatikan terlebih dahulu
bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan
pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam
militer adalah bertipe militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe
militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a)
Dalam
menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan
digunakan sebagai alat utama.
b)
Dalam
menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya.
c)
Senang
kepada formalitas yang berlebihan.
d)
Menuntut
disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan.
e)
Tidak
mau menerima kritik dari bawahan.
f)
Menggemari
upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh
tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa tipe pemimpin seperti ini bukan
merupakan pemimpin yang ideal.
3)Tipe kepemimpinan fathernalistis: Tipe kepemimpinan fathernalistis,
mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat fathernal atau kebapakan. Kepemimpinan
seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapakan dalam menggerakkan
bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan bersifat
terlalu sentimentil.
Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin
fathernalistis dapat dikemukakan sebagai berikut:
a)
Menganggap
bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
b)
Bersikap
terlalu melindungi bawahan.
c)
Jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan.
d) Jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan inisiatif daya
kreasi.
e)
Sering
menganggap dirinya maha tau.
Harus diakui bahwa dalam keadaan
tertentu pemimpin seperti ini sangat diperlukan. Akan tetapi ditinjau dari segi
sifat-sifat negatifnya pemimpin fathernalistis kurang menunjukkan elemen
kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.
4) Tipe kepemimpinan karismatis: Sampai saat ini para ahli manajemen
belum berhasil menemukn sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki karisma.
Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti inimempunyai daya tarik yang amat
besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para
pengikut menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini,
pengetahuan tentang faktor penyebab karena kurangnya seorang pemimpin yang
karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi
dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan,
umur, kesehatan, profil, pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan
sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.
5) Tipe kepemimpinan demokratis: Dari
semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis dianggap adalah
tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan ini
selalu mendcahulukan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu.
Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan
demokratis adalah sebagai berikut:
a) Dalam
proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak pada pendapat bahwa manusia
itu adalah makhluk yang termulia di dunia.
b)
Selalu
berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan organisasi.
c)
Senang
menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya.
d) Mentolelir
bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan agar
jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisiatif
dan prakarsa dari bawahan.
e) Lebih
menitikberatkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
f) Selalu
berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
g) Berusaha
mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Dari sifat-sifat yang harus dimiliki
oleh pemimpin tipe demokratis, jelaslah bahwa tidak mudah untuk menjadi
pemimpin demokratis.
C. Syarat-syarat Pemimpin Yang Baik
Seorang yang tergolong sebagai pemimpin adalah seorang yang
pada waktu lahirnya yang memang telah diberkahi dengan bakat-bakat kepemimpinan
dan karirnya mengembangkan bakat genetisnya melalui pendidikan pengalaman
kerja. Pengembangan kemampuan itu adalah suatu proses yang berlangsung terus
menerus dengan maksud agar yang bersangkutan semakin memiliki lebih banyak
ciri-ciri kepemimpinan.
Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli
mengenai syarat-syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pmimpin, akan
tetapi beberapa diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut: Pendidikan
umum yang luas, Kemampuan berkembang secara mental, Ingin tahu, Pemimpin yang
baik adalah pemimpin yang gereralist yang baik juga, Kemampuan analistis, Memiliki
daya ingat yang kuat, Mempunyai kapasitas integrative, Keterampilan mendidik, Keterampilan
berkomunikasi, Pragmatismo, Mempunyai naluri untuk prioritas, Personalitas dan
objektivitas, Sederhana, Berani, Tegas, dan sebagainya.
D. Masalah Kepemimpinan
Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian
masalah tidak lah boleh di diamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah
diselesaikan. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu
menaggulangi setiap masalah yang muncul. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang
pemimpin bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam
mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.
Gaya tersebut bisa berbeda-beda atas dasar motivasi,
kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa
gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan
itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila
pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik
ekonomis maupun nonekonomis) berarti telah digunakan gaya kepemimpinan yang
positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment,
berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif.
Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang
diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi. Selain
gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya:
1) Otokratis: Kepemimpinan seperti ini
menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan
pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan
kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi
kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang
diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas
ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan
pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
2) Partisipasif: Lebih banyak
mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil
tidak bersifat sepihak.
3) Demokrasi: Ditandai adanya suatu
struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang
kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral
tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri
sendiri.
4) Kendali Bebas: Pemimpin memberikan
kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan
pemimpin bersifat pasif, yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung jawab,
kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan
menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya
kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal
juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian
para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat
ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan.
Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya
bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat orang-orang sibuk dan mendesak
mereka untuk berproduksi. Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi
konsiderasi, tidak selamanya merupakan pemimpinyan terbaik.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya
kepemimpinan seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan
oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan
perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Directing: Gaya tepat apabila kita
dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki pengalaman dan
motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di bawah
tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus
dikerjakan.
2) Coaching: Pemimpin tidak hanya
memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan mengapa
sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan juga
menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah
lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas.
3) Supporting: Sebuah gaya dimana pemimpin
memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal
ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan
proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan
berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik-teknik yang dituntut dan telah
mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda.
4) Delegating: Sebuah gaya dimana seorang
pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan.
Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan
efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas
atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau
karakter semata, tapi juga harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar
dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas
sari aspek yang pertama yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi
ketika menjadi pimpinan formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak
memiliki metode kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin yang
diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh
tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada
pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa
memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh
karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang
memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin. Kembali kita saksikan betapa banyak
pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak
memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan
ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah
duduk nyaman di kursinya.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang
pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari
kekuatanpribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan pikirkan
orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain
dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah,
karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat, membangun
masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak diawali dengan
diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi
mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang,
baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu. Seseorang
dikatakan sebagai pemimpin apabila dia mempunyai pengikut atau bawahan. Kata
pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk jadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama
lainnya, tetapi banyak faktor.
Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria
yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-sifatnya, atau kewenangannya yang
dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan. Semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin
dalam organisasi maka semakin dituntut daripadanya kemampuan berfikir secara
konsepsional dan makro. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi
maka ia akan semakin generalist, sedangkan semakin rendah kedudukan seseorang
dalam organisasi maka ia menjadi spesialist.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan
dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri
seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside
out).
B. Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap
pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan.
Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Sekian & terimakasih, semoga artikel ini bermanfaat, mengenai kekurangan dalam penulisan/penyampaian informasih, mohon kritik dan saranya di kolim komentar bawa ini.
Komentar
Posting Komentar