Sejarah Kerajaan Larantuka_Ritanozta Riangkotek

Sejarah Kerajaan Larantuka Dalam Versi Ata Kiwang

KERAJAAN LARANTUKA

Kali ini versi Ata Kiwang akan berbagi mengenai sejarah singkat tentang Kerajaan Larantuka, yang di kutip dari berbagai sumber sejarah mengenai Kerajaan-Kerajaan lokal di Flores Timur tersebut. Kerajaan Larantuka terletak di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua, yang mungkin masih merasa asing dan belum tau mengenai perjalanan Kerajaan Larantuka.
Langsung saja pada pokok persoalanya.

Putra Mahkota Lorenzo II dari Larantuka, berusia 12 tahun. Foto yang diambil tahun 1871 di Surabaya

PERJALANAN SEJARAH
Diperkirakan Kerajaan Larantuka ini sudah ada sejak sekitar abad ke-13, yang bermula dari kerajaan-kerajaan lokal di Pulau Flores bagian Timur tersebut.
Sekitar abad ke-14, kerajaan ini sempat ditaklukan Kerajaan Majapahit, berdasarkan sejarah yang tercatat di dalam Kitab Negarakertagama yang disebut dengan nama Galiyao.
Abad ke-16, Bangsa Portugis masuk ke Larantuka, dengan tujuan berdagang sambil menyebarkan agama Katolik. kuatnya pengaruh Bangsa Portugis sehingga membuat Kerajaan Larantuka menjadi kerajaan yang bercorak Katolik. Raja-Raja Larantuka dibabtis dengan nama katolik dan menjadi marga Diaz Viera de Godinho (DVG) beserta gelar Don, di samping gelar dan nama aslinya. 
Abad ke-17, Bangsa Portugis kalah dari Belanda, sehingga Belanda berhasil menduduki Kerajaan Larantuka.
Pada abad ke-20, Kerajaan Larantuka menjadi bagian dari pemerintahan Kolonial Hindia Belanda.

PERMULAAN KERAJAAN KRISTEN DI INDONESIA (NUSANTARA)
Sebelum tahun 1600, pedagang Portugis meninggalkan Solor dan menetap di Larantuka. Para pedagang terlibat dalam konflik dengan Dominikan di Solor, karena mereka lebih tertarik dalam perdagangan daripada kristenisasi.Pada tahun 1613, Solor diduduki Belanda dan Dominikan pindah ke Larantuka juga. Kemudian Larantuka menjadi stasiun internal untuk perdagangan kayu cendana dari Timor dan menjadi pusat perdagangan Portugis di wilayah Indonesia bagian tenggara. Larantuka bahkan menjadi tempat pengungsian bagi desertir dari Dutch East India Company (VOC). Kerajaan Larantuka (1600–1904) berada di Nusa Nipa yang berarti Pulau Naga dalam bahasa lokal, sedangkan dalam bahasa Portugis: Cabo de Flores yang sekarang disebut sebagai Pulau Flores dan dalam buku Nāgaraktāgama dikatakan sebagai Galiyao yang disebut sebagai penghasil kayu cendana. Wilayah kekuasaannya mencapai Adonara, dengan raja pertama bernama Lorenzo.

REINHA ROSARI
Sekitar tahun 1665, Raja Ola Adobala dibaptis dengan nama Don Fransisco Ola Adobala Diaz Vieira de Godinho. Secara ritual, ia memprakarsai upacara penyerahan tongkat kerajaan berkepala emas kepada patung Tuan Ma (Bunda Maria Reinha Rosari) sebagai lambang bahwa Larantuka sepenuhnya menjadi kota Reinha (Ratu) dan para raja adalah wakil dan abdi Bunda Maria. Dengan demikian menyiratkan Kerajaan Larantuka sebagai kerajaan Katolik.Pada tanggal 8 September 1886 Raja Don Lorenzo Usineno II DVG, raja ke-10 Larantuka, menobatkan Bunda Maria sebagai Ratu Kerajaan Larantuka sehingga Larantuka sejak saat itu umum disebut “Reinha Rosari” (Ratu Rosari).

Raja Larantuka ke-1o Don Lorenzo Usineno II DVG. Raja ini dilantik secara meriah untuk pertama kalinya dalam sejarah Raja-Raja Larantuka, yakni di dalam gereja Katedral

RITUS SEREMONIAL
Upacara ritual pengorbanan hewan memiliki posisi yang cukup penting dan mempengaruhi berbagai struktur dan proses sosial pada bermacam lapisan sistem politik Flores Timur. Kohesi sosial dan legitimasi status sosial melalui ritus memiliki peranan khas dalam berbagai organisasi sosial-politik di Flores Timur (Graham, 1985:141). Selain dalam upacara ritual pembagian kakang, ritus juga tampak pada upacara penerimaan imigran Kroko Pukeng.Ritus pengorbanan hewan yang pertama kali ditetapkan oleh Raja Sira Demong Pagong Molang ini dilaksanakan di setiap kampung (Lewo) oleh ‘panitia empat’ yang disebut suku raja (suku besar). (Istilah suku berasal dari kata Melayu).
Istila asli Flores Timur untuk menyebut suku adalah Ama atau Wung. Organisasi suku dalam kampung tidak sama tinggi kedudukan dan fungsinya. Pada prinsipnya, nama-nama suku ‘besar’ itu berkaitan erat dengan fungsi para kepala suku dalam upacara ritual pengorbanan hewan. Selain itu, mereka juga memangku kekuasaan duniawi ataupun yang berkaitan dengan dunia ilahi.
Keempat suku itu adalah: Ama Koten, Ama Kelen, Ama Maran dan Ama Hurint.
Dalam ritus pengorbanan hewan, Ama Koten memegang kepala hewan korban. Dia adalah kepala dari ‘panitia empat’, tuan tanah, dan memegang kekuasaan dalam kampung. Ama Kelen memegang bagian belakang hewan korban. Dialah seorang yang bertugas mengurus hubungan dengan kampung-kampung lainnya dan mengatur masalah perang ataupun damai. Ama Marang bertugas membacakan doa, menceritakan sejarah asal usul (tutu maring usu-asa) untuk mendapat restu (ike kwaat) dari kekuatan leluhur. Dialah yang bertugas menjaga tatanan adat dalam kampung. Ama Hurint bertugas membunuh hewan korban, meneliti urat hati hewan korban untuk meramal suatu kejadian. Ama Hurint dan Ama Marang juga bertugas memberi nasihat atau saran bila terdapat perbedaan pendapat antara Ama Koten dan Ama Kelen, mencari jalan keluar bersama-sama dengan pemuka-pemuka atau tua-tua yang disebut Kelake.

KOLONIALISME BANGSA EROPA
1. Portugis (1512–1850)
2. VOC (1602–1800)
3. Belanda (1800–1942)

MUNCULNYA INDONESIA
1. Kebangkitan Nasional (1899–1942)
2. Pendudukan Jepang (1942–1945)
3. Revolusi nasional (1945–1950) 

REPUBLIK INDONESIA
1. Orde Lama (1950–1959)
2. Demokrasi Terpimpin (1959–1965)
3. Masa Transisi (1965–1966)
4. Orde Baru (1966–1998)
5. Era Reformasi (1998–sekarang)

Berikut ini adalah video yang berkaitan dengan Artikel ini.
Silakan klik link pada kolom di bawah ini:
Sekian dan Terimah Kasih, Somoga artikel ini bermanfaat. Mengenai kekurangan atau kekeliruan dalam artikel ini, silakan komen di bawah ini.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengaruh Iklim Terhadap Ternak _ Ritanozta Riangkotek

Surga Kecil di Ujung Timur Flores_Ritanozta Riangkotek